REVIEW
BUKU
A.
Identitas Buku
Judul Buku : Sejarah Islam Klasik
( Perkembangan Ilmu Pengetahun Islam)
Pengarang : Prof. Dr. Hj.
Musyrifah Sunanto
Tebal Buku : 285 hlm
Penerbit : Prenada Media
Tahun Terbit : Juli 2013
Oleh
: Khoirul Alfani (111-14-171)
B.
Review
Membicarakan
tentang buku sejarah islam, khususnya dibidang pengetahuan tidak akan pernah
ada habisnya, karena begitu banyak buku-buku tentang sejarah islam. Diantara
salah satunya yaitu buku yang saya pilih
untuk saya review yaitu buku karya Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto yang
berjudul Sejarah Islam Klasik ( Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam ). Harapan
saya semoga membawa manfaat bagi para pembaca semua.
Dalam buku ini
ada tujuh bab yang dari ketujuh bab itu akan saya uraikan bab demi bab satu
persatu.
Bab satu, pada
Bab satu buku ini membahas tentang perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Rasulullah dan Khulafaur Ar-Rasyidin.
Pada masa Rasul masyarakat arab dikenal dengan kaum jahiliyah (zaman Kebodohan)
kebodohan yang dimaksud disni tidak hanya terbatas pada moral tapi juga ilmu
pengetahuan dalam buku ini dituliskan bahwa hanya beberapa sebagian kaum atau
kelompok diarab yang bisa baca dan tulis yaitu suku Aus dan Khajraj. Ketika Rasulullah
hadir dan diberikan wahyu yang pertama yaitu QS. Al-Alaq 1-5 mulailah Rasulullah
meletakan dasar – dasar pendidikan islam, Rasulullah juga mengajarkan kepada
para sahabat untuk membaca dan menulis wahyu-wahyu yang diturunkan baik ditulis
dipelepah kurma, kulit unta dan media – media tradisional yang lain. Rasulullah
mendirikan pusat kegiatan umat yang
diberi nama Dar al-Arqam dirumah salah satu sahabat yang bernama Abu Al-Arqam.
Hal ini menunjukan bahwa Rasulullah SAW behasil membawa bangsa arab yang jauh
dari peradaban keilmuan menuju bangsa
arab yang cinta akan ilmu pengetahuan. Pada masa Khulafaur Ar-Rasyidin salah
satu khalifah yang sangat cinta dan memperhatikan keilmuan adalah Umar Bin
Khattab beliau salah satu khalifah yang mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan keilmuan, Umar bin khattab adalah sahabat yang mengusulkan
pembukuan Al-Qur’an. Hal itu dilakukan karena semakin luasnya wilayah kekuasaan islam wujud dari
usaha Khalifah Abu bakar As-sidiq, dan akhirnya Al-Qur’an dapat dibukukan pada
masa pemerintahan khalifah Usman Bin Affan
dan diberi nama mushaf usmani. Dalam buku ini juga dikatakan bahwa sistem
administrasi juga sudah mulai tertata, termasuk juga pengembangan keilmuan,
dengan adanya gerakan perbindahan bangsa arab keluar dari jazirah arab dan
orang Ajam masuk kejazirah arab hal ini tentunya memberikan dampak besar
terhadap perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan di jazirah arab karena
orang Ajam adalah kaum yang peradabanya sudah maju meskipun samangat keilmuannya
tidak terlalu tinggi.
Bab
dua, pada bab dua dalam buku ini membahas Ilmu Pengetahuan pada Masa
Bani Umayyah. Pada masa bani Umayyah sistem pemerintahan mulai berganti dari
sistem musyawarah menjadi sistem Monarchi. Jika pada zaman Rasulullah dan Khulafur
Ar-Rasyidin perhatian keilmuan tertuju pada Al Qur’an sunnah, aqidah, akhlak,
tauhid, ibadah dan muamalah pada zaman bani umayyah, perhatian keilmuan tidak hanya tertuju pada ilmu keagamaan tapi
juga ilmu-ilmu diluar keagamaan diantaranya ilmu kimia dan kedokteran, cucu
dari Muawiyah sangat cinta terhadap ilmu kimia dan kedokteran dimana ia rela
menyediakan sejumlah harta untuk membiayai penerjemahan buku-buku kedokteran
bahasa yunani kedalam bahasa arab, ini merupakan penerjemahan dalam bidang keilmuan yang pertama dilakukan.
Ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz
memimpin,
khalifah memerintahkan kepada para ulama secara resmi untuk
membukukan hadits-hadits Rasulullah. Pada masa bani Umayyah juga terjadi
pembidangan ilmu pengetahuan diataranya ilmu pengetahuan bidang agama, ilmu
pengetahuan bidang sejarah, ilmu pengetahuan bidang bahasa, dan ilmu pengetahuan
bidang filsafat. Pada masa bani Umayyah bahasa
arab dijadikan bahasa resmi negara dan ilmu pngetahuan sudah mulai tersusun secara
sistematis.
Bab
tiga, pada bab tiga buku ini membahas tentang perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa bani Abbasiyah. Kita semua tahu bahwa bani Abbasiyah
adalah salah satu Bani yang berkuasa pada kekhalifahan islam, yang memberikan
sumbangsih besar dalam kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan dipandang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan para pembesar
lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk
kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah sendiri adalah ulama
yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan
memuliakan pujangga. Kebebasan berfikir diberikan sepenuhnya, hal ini yang
menyebabkan munculnya berbagai pemikiran, ilmu, dan pada akhirnya membawa
perkembangan yang besar pada ilmu
pengetahuan. Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dibangun oleh khalifah
Abu Ja'far Al-Mansur, setelah ia mendirikan kota Baghdad ia menjadikan kota Baghdad
menjadi pusat dari peradaban termasuk keilmuan, sang khalifah menarik para
ulama dan ilmuan dari berbagai daerah untuk datang dan menetap di Baghdad. Ia
juga merangsang usaha pembukuan tentang ilmu baik ilmu naqli dan ilmu aqli. Pada
masa bani Abbasiyah ini munculah penerjemhan buku besar-besaran kedalam bahasa
arab, banyak muncul – muncul tokoh dibidang keilmuan seperti fiqih, hadits,
tafsir, kedokteran, astronomi, filsafat, bahasa, kalam, tasawuf , optik ,
hitung, kimia, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kemajuan keilmuan juga
ditunjukan oleh dibangun perpustakaan di kota Baghdad yang diberi nama baitul
hikmah.
Bab
empat, pada bab empat pada buku ini kita
akan membahas tentang perkembangan ilmu pengetahuan dinegara-negara provinsi. Didalam
buku ini dikatakan bahwa kekuasan bani Abbasiyah hanya mengalami kekuasaan
secara penuh hanya di 100 tahun pertama pemerintahan. Bani Abbasiyah di Baghdad
semakin mengalami kelemahan, sehingga banyak dari beberapa daerah-daerah
provinsi berlomba-lomba untuk menandingi kota Baghdad, tidak hanya dari segi
politik tapi juga dari segi ilmu pengetahuan, diantaranya bani Umayyah II di
Andalusia, di Afrika daulah Murabbitin,
di Mesir berdiri daulah Fatimiyah dan daulah Ayyubiyah. Perkembangan keilmuan
pada masa ini yang paling meonjol adalah fiqh, hadits,
tafsir, ilmu kalam, sejarah, bahasa arab , dan filsafat. Bani Umayyah II di Cordova
mendirikan perpustakaan besar di Cordova sehingga menjadi pustakawan besar di Eropa.
Di Afrika utara daulah Murabbitun dan Muwahidin
juga memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam kemajuan keilmuan. Dinasti
fatimiyah, pada bidang keilmuan mendirikan Universitas Al-Azhar. Universitas
Al-Azhar memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pengetahuan, banyak
pelajar-pelajar dari eropa datang ke Mesir untuk belajar.
Dinasti Ayyubiyah, khalifah pertama yang bernama Shalahudin Yusuf Al-Ayyubi adalah seorang
yang mencintai ilmu, beliau mendatangkan ilmuan dari berbagai negara untuk
menjadi pengajar dimadrasah dan masjid masjid dimesir.
.
Bab
lima, pada bab lima kita akan disuguhkan tentang masa penyerbuan.
Penyerbuan dilakukan keberbagai negara islam termasuk ke Baghdad. Baghdad diserang oleh tentara mongol. Dihancurkan semua peradaban,
pusaka- pusaka, buku-buku, gedung- gedung, madrasah, dan perpustakaan, yang
telah dibangun beratu-ratus tahun lamanya. Buku-buku yang berisi tentang
ilmu-ilmu pengetahuan dibakar, dihancurkan, dan dihayutkan kesungai sehingga
air sungainya bewarna hitam oleh tinta, kemudian sebagian dibawa ke Eropa untuk
dikaji, disini lah kemunduran islam mulai terjadi, kemunduran dalam semua aspek,
termasuk ilmu pegetahuan. Umat islam mengalami kemunduran dan
ketertinggalan dari bangsa barat.
Bab
enam, dibuku yang berjudul sejarah islam klasik ini pada bab enam kita
akan membahas tentang perkembangan ilmu didunia islam setelah Baghdad
hancur. Setelah Baghdad hancur kekuasaan wilayah islam dikuasai oleh bangsa mongol. Dalam bidang keilmuan banyak pusat –
pusat keilmuan berpindah, salah satu nya dari Baghdad berpindah ke Mesir , dan
banyak bermunculan ilmu-ilmu baru, yaitu ilmu umran(sosiologi) dan filsafat
tarikh. Banyak perpustakaan yang hancur
pada masa ini, namun juga muncul sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah dengan
subur. Meskipun begitu umat islam masih melahirkan imuan-ilmuan besar,
seperti ibn Taimiyah, dan Nasir Ad-din Tusi.
Dinasti Mamluk dimesir juga banyak melahirkan ilmuan-ilmuan besar di Mesir diantaranya Ibn Nafis ahli kedokteran, Abu Fida seorang ahli
geografi dan sejrah.
Bab
tujuh, pada bab terakhir pada buku Prof.
Dr. Hj. Musyrifah Sunato ini kita akan membahas zaman kemunduran islam. Pada
masa kemunduran ini diawali dengan runtuhnya bangsa mongol dan kemaujuan bidang
politik tiga Kerajaan besar islam, Turki, Safawi dan Moghol. Pasca tiga
kerajaan itu mengalami kemunduran
sehingga peradaban islam jatuh kekuasaan bangsa barat, Buku- buku dari para
ulama dan imam terdahulu hanya dijadikan sebagai barang antik dimuseum dan yang
dipelajari adalah kitab-kitab mutaakhirin hal ini yang juga mengakibatkan
pengetahuan islam semakin sempit dan melemah.
Dari buku ini
kita bisa mengambil banyak pelajaran bahwa bangsa islam pernah mengalami
kemajuan yang luar biasa termasuk dalam bidang ilmu pegetahuan, namun pada
akhirnya mengalami kemunduran, dan menjadi tugas kita untuk mengembalikan lagi
kejayaan islam sedikit demi sedikit.
Terimakasih infonya!
ReplyDeleteOh, ya sekadar bertukar informasi, ada satu buku menarik yang pernah saya baca tapi lebih condong ke masalah geopolitik di Timur Tengah daripada sejarah Islamnya itu sendiri, judulnya "World Without Islam" oleh Graham E. Fuller. Memang sih kalau dari judulnya terkesan mendiskreditkan Islam, tapi isinya sangat menarik dan memperlihatkan kalau Islam bukan agama yang menyebabkan konflik apalagi terorisme seperti yang seringkali muncul di pikiran orang sekarang. Kalau suka membaca soal politik, hubungan internasional, atau sejarah buku ini mungkin pas.
Dan ada beberapa buku lagi yang saya temui dari situs ini (https://www.galena.co.id/q/buku-apa-sajakah-yang-membahas-asal-muasal-dan-sejarah-islam-secara-netral) yang mungkin juga bisa jadi menarik untuk Khoirul.
Salam kenal! :)