BAB 3 Mengutamakan Kejujuran
dan Menegakkan Keadilan
A. Kejujuran dan Keadilan
Kejujuran dan keadilan merupakan dua sifat mulia yang harus dimiliki setiap mukmin. Keduanya harus ditanamkan dan dibiasakan sejak usia dini. Di rumah, di sekolah dan di mana pun harus terbiasa berperilaku jujur dan adil. Apalagi kalian menciptakan generasi muda yang akan menjadi pemimpin pada masa yang akan datang. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang jujur dan adil. Oleh karena itu kalian harus memegang teguh kedua perilaku mulia tersebut.
1. Jujur
Setiap orang mendambakan keluarga harmonis dan penuh ketenangan. Kehidupan keluarga akan harmonis jika masing-masing anggota keluarga saling menghargai dan berperilaku jujur. Kejujuran dalam keluarga merupakan pondasi awal bagi kelangsungan kehidupan di masyarakat. Masing-masing anggota keluarga berperilaku jujur satu sama lain, dalam arti kata apa adanya dan sesuai tanggung jawab. Orang tua berkata jujur kepada anak-anaknya. Demikian pula anak pernyataan jujur kepada orang tua. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika masing-masing anggota keluarga tidak jujur ?. Tentu akan terjadi pertengkaran dan perselisihan. Benih permusuhan akan muncul dari perilaku tidak jujur.
Anggota keluarga, baik itu ayah, ibu, adik maupun kakak memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing. Mereka butuh kerjasama dan kekompakan dari masing-masing anggota keluarga. Kerjasama dan kekompakan ini dapat terwujud jika masing-masing berperilaku jujur. Sebagai anak yang saleh tentu kalian menginginkan kehidupan keluarga yang harmonis. Oleh karena itu biasakanlah berperilaku jujur mulai dari rumah. Berperilaku jujur di sekolah sama pentingnya dengan berperilaku jujur di rumah. Seorang peserta didik yang inginnya jujur kepada bapak ibu guru, karyawan dan teman di sekolah. Kejujuran peserta didik pada saat mengerjakan ulangan akan sangat membantu bapak ibu guru dalam mengerjakan hasil pembelajaran. Berperilaku jujur kepada teman disekolah maka akan terjalin hubungan harmonis.
Semua anggota masyarakat akan hidup rukun dan damai jika masing-masing menjunjung tinggi kejujuran. Malah, ketidakjujuran akan berakibat konflik antar anggota masyarakat. Konflik yang terjadi ditengah-tengah masyarakat bencana sosial yang menakutkan. Karena hal ini bisa meluas menjadi tawuran antar warga. Sungguh, semua ini tidak dikehendaki bersama. Kejujuran harus diutamakan dalam setiap pergaulan, baik dirumah, sekolah maupun masyarakat. Kerugian akibat ketidakjujuran akan dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain.
Seseorang yang tidak jujur akan sulit mendapat kepercayaan dari orang lain. Sementara orang lain yang pernah dibohongi akan merasa kecewa dan sakit hati. Kepercayaan tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan akan muncul jika seseorang jujur. Sebagai contoh, seorang yang jujur biasanya akan dipilih menjadi bendahara. Tugas bendahara sungguh sangat berat, karena harus mencatat dan membukukan keuangan dengan benar dan jujur. Setiap tugas dan kewajiban yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya pasti akan mendapat balasan dari Allah Swt berupa pahala. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim.
Rasulullah Saw bersabda: “Seorang bendahara muslim yang melaksanakan tugasnya dengan jujur, dan membayar sedekah kepada orang yang diperintahkan oleh majikannya secara sempurna, dengan segera dan dengan pelayanan yang baik, maka ia mendapat pahala yang sama seperti orang yang bersedekah.” Sumber: Kitab Hadis Shahih Muslim.
2. Adil
Adil berarti memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya, meletakkan segala urusan pada tempatnya. Orang yang adil adalah orang yang memihak kebenaran, bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, maupun bangsa. Ajaran Islam menjunjung tinggi azas keadilan. Hal ini bisa difahami karena Islam membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil 'alamin). Oleh karena itu setiap muslim wajib menegakkan keadilan dalam cara apapun. Apalagi seorang muslim yang menjadi polisi, jaksa, hakim atau aparat hukum lainnya harus menegakkan keadilan tanpa memandang suku, agama, status sosial, pangkat maupun jabatan. Islam sebagai rahmatan lil 'alamin akan terwujud sebagai setiap muslim menegakkan keadilan.
Dalam sebuah hadits riwayat Nasa'i, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang berdaya adil akan ditempatkan di sisi Allah Ta'ala di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, di sisi kanan kanan 'Arrahman. Yaitu, orang-orang yang adil dalam menghukumi mereka, adil dalam keluarga mereka dan dalam tugas mereka. ” Sumber: Kitab Hadis Sunan Nasa'i.
Allah Swt. Bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil. Ini menjadi bukti bahwa Islam menjunjung tinggi keadilan. Rasa benci kepada seseorang atau suatu golongan menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan manusia kedalam lubang kehancuran. Bisa dibayangkan betapa sulinya ketika harus diselenggarakan adil kepada orang atau golongan yang kita benci. Meskipun sulit, karena perintah agama maka harus dilaksanakan. Adil bukan berarti harus sama rata. Misalnya, ada orang tua yang memiliki tiga orang anak. Masing-masing masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Orang tua yang adil akan memberikan uang saku dengan jumlah berbeda karena kebutuhan mereka berbeda.
3. Memahami Dalil Naqli TENTANG Perilaku jujur dan Adil
يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون
Artinya: “Wahai orang-orangutan Yang beriman , maka kamu jadi orang-orang yang selalu menegakan kebenaran karena Allah Swt, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekal-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah Swt, sungguh, Allah maha melihat terhadap apa yang kamu kerjakan ”(QS Al-Maidah / 5 ayat 8)
Ayat di atas masyarakat bahwa menegakkan keadilan harus karena Allah Swt semata-mata, bukan karena kepentingan pribadi atau duniawi. Kepentingan pribadi atau duniawi harus dikesampingkan dalam menegakkan keadilan. Bahkan jika kita bersaksi untuk kepentingan kerabat dekat, maka kita pun harus bersaksi dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun itu merugikannya. Demikian juga jika kita bersaksi untuk musuh, maka kita pun harus bersaksi dengan kata yang sebenarnya, meskipun menguntungkannya. Bagaimana jika kebenaran itu dari orang kafir? Kita harus tetap berlaku adil dan menerima kebenaran meskipun orang kafir. Bahkan jika kita kebenaran dari yang kafir dikategorikan sebagai kezaliman.
Jadi, keadilan itu tepat untuk semua, baik kawan maupun lawan. Kalau kebenaran yang datangnya dari orang kafir saja kita harus tetap menerimanya, maka kebenaran yang datangnya dari sesama muslim sudah jelas harus kita terima. Oleh karena itu menjadi sangat aneh kalau antar sesama muslim saling bertikai hanya karena masing-masing merasa bahwa pendapatnya benar. Berlaku adil dalam ayat di atas berusaha untuk adil dan menegakkan keadilan. Jadi setiap usaha untuk menegakkan keadilan dan perilaku menegakkan keadilan akan mendekatkan kepada ketakwaan. Semakin sempurna keadilan, semakin sempurna pula ketakwaan.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadits bersabda: Artinya: “Hendaklah kalian akan jujur, karena kejujuran itu akan membawa kepada, sedangkan akan membawa surga” (HR Tirmidzi) Hadits di atas tangga bahwa kejujuran membimbing kepada sehabis. Dan membawa akan membawa pelakunya ke surga. Seseorang yang jujur akan hidup dengan tenang. Ia menjalani kehidupan dengan penuh optimis dan semangat.
Berbeda jika seseorang pernah berdusta, tentu akan diselimuti rasa sakit dan gelisah. Dusta yang pernah dilakukan taman hiburan dengan dustadusta lain. Orang yang jujur juga akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Kepercayaan tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan muncul karena seseorang memang layak mendapatkannya.
Abu Ubaidah bin Jarrah (Sahabat Nabi yang Sangat Jujur) Suatu ketika orang-orang Najran pernah datang kepada Rasulullah Saw seraya berkata; “Ya Rasulullah, utuslah kepada kami seseorang yang jujur dan tidak percaya.” Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh aku akan mengutus kepada kalian seseorang yang sangat jujur dan tidak dapat dipercaya. Para sahabat merasa penasaran dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Ternyata Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah. (Sumber: Kitab Shahih Bukhari).
Kejujuran dan keadilan merupakan dua perilaku terpuji yang harus dimiliki seorang muslim. Rakyat jelata merindukan pemimpin yang adil. Seorang tersangka merindukan keadilan seorang hakim. Seorang atlet menginginkan wasit yang adil dalam pertandingan. Demikianlah keadilan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Bahkan doa seorang pemimpin yang adil akan diterima oleh Allah Swt.
4. Memahami Cara Menerapkan Perilaku Jujur dan Adil
Wahai anak saleh, tahukah kalian bagaimana cara menerapkan perilaku jujur dan adil dalam kehidupan sehari-hari? Caranya adalah dengan melatih diri secara terus menerus. Kedua perilaku terpuji tersebut, perlu dan dibiasakan setiap saat di manapun kalian berada. Jika seseorang sudah terbiasa jujur dan adil, maka perilaku mulia ini akan melekat dalam dirinya. Lalu, kapan seseorang bisa mulai berlatih jujur dan adil? Jawabannya adalah mulai dari sekarang. Jangan bertindak, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang untuk berperilaku jujur dan adil. Perilaku jujur dan adil ini harus masuk dan dibiasakan sejak usia dini. Sebab pada usia dini, seorang anak akan sangat mudah dididik dan berkembang. Orang tua yang berperan penting dalam mendidik anak-anaknya untuk jujur dan adil. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam menerapkan kejujuran dan menegakkan keadilan. Kejujuran dan keadilan seorang guru juga akan dicontoh oleh murid-muridnya.
Demikian pula dengan kalian, kejujuran dan keadilan yang kalian lakukan akan dilihat dan dicontoh oleh adik-adik kalian.
Sebuah. Menerapkan perilaku Jujur perilaku jujur dapat kita terapkan di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Untuk memahami cara menerapkan perilaku jujur perilaku perilaku berikut:
1) Di rumah, kita melaksanakan tugas yang diberikan orang tua yang baik-baik. Misalnya, ibu minta tolong dibelikan minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya. Sebagai anak jujur, semua uang sisa kembalian yang diberikan kepada ibu. Hal ini berarti memegang dan menjalankan amanah dengan baik. Memberitakan sesuatu hal baik ke orang tua atau pun ke dalam lingkungan masyarakat.
2) Di sekolah, mengerjakan tugas yang diberikan bapak-ibu guru dengan tanggung jawab penuh. Tidak menyontek saat ulangan, melaksanakan piket sesuai jadwal, mentaati tata tertib sekolah, bertutur kata yang benar kepada bapak-ibu guru, karyawan, dan teman. Jika harus mematuhi kesalahannya
3) Di masyarakat, kita dapat berperilaku jujur dalam rangka membangun masyarakat yang tenang, harmonis dan saling menghormati. Seseorang yang jujur tidak akan mengarang cerita atau gosip sehingga akan menimbulkan gaduh dan suasana lingkungan menjadi tidak kondusif, antara ucapan dan perbuatan. Seseorang yang jujur harus sama. Dengan berperilaku jujur, maka orang lain akan merasa aman dan tentram.
b. Menerapkan Perilaku Adil
Prilaku adil juga dapat kita terapkan di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Untuk memahami cara menerapkan perilaku adil laporan perilaku adil berikut ini:
1) Di rumah, misalnya setiap awal bulan ayah memberikan uang saku kepada ketiga anaknya, termasuk kalian sebagai anak pertama. Ayah menitipkan uang saku untuk kedua adikmu. Masing-masing mendapat Rp.100.000 dan Rp.50.000, sedangkan kamu mendapat Rp.200.000. Ayah memberikan uang saku secara adil berdasarkan tingkat kebutuhan anak-anaknya. Sebagai kakek, kalian harus adil kepada adik-adik kalian, yaitu memberikan hak uang saku kepada mereka sesuai perintah ayah.
2) Di sekolah, menghormati dan menghargai tugas ketua dan semua pengurus kelas. Kalian harus memperlakukan mereka dengan adil sesuai posisinya masing-masing di kepengurusan kelas. Bukan justru sebaliknya, meremehkan dan merendahkan mereka sebagai “pesuruh” kelas.
3) Kesepakatan adil kepada tetangga dan warga dalam satu RT, RW atau kelurahan. Memperlakukan tetangga dengan baik, tidak merusak nama, mengikuti cerita-cerita negatif. Tidak mengganggu tetangga dengan suara musik yang terlalu keras dari dalam rumah kita. Mengapa demikian? Sebab tetangga juga punya hak untuk dihormati dan dipersiapkan dengan baik. Dengan memberikan hak kepada tetangga berarti kita telah berperilaku adil kepada tetangga.
C. Refleksi Akhlak Mulia
Kalian sekarang menjadi mengerti tentang kejujuran dan menegakkan keadilan. Jujur dan adil merupakan akhlak mulia yang sangat disarankan oleh Allah Swt. Keduanya akan membawa pelakunya meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
SUMBER :
Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Revisi 2017
https://geograpik.blogspot.com/2020/04/pai-viii-bab-3-mengutamakan-kejujuran.html
0 comments:
Post a Comment